By : Agung Dwiyono
“apa yang seharusnya terjadi pada titik tertinggi kebingungan manusia?”.
Dia adalah emosi yang menyihir, mengendalikan, membunuh nada-nada indah perjalanan sang waktu. Bergelut melawan sapaan damai dalam hati. Riuh retak suasana bising memecah lamunan indah angan-angan berhala surga. Menerawang sang dalil akan kebenaran celoteh setan penggoda yang bertugas menggelitik khusyu’ keheningan sembahyang.
(sembah menyembah, yang maha yang).
Apa yang di sembah dan apa yang maha yang?
Terlalukah kita sibuk dengan tata karma, gerakan-gerakan monoton, mata terpejam sedang hati berhamburan melihat kesesakan nafas polusi lajur jalanan jahanam. Semua membenarkan tarian itu, lekukan menggoda seperti membakarnya sengatan terik matahari, fatamorgana di tengah oase fana. Mulut kita sudah lelah dengan ketidakpahaman apa yang di sebut dengan do’a. seorang kakek tua berceloteh di tengah siang yang panas ;
“saya itu tidak mudeng dengan yang saya lakukan ini”. Tangannya masih menengadah keatas sembari berharap sangat dalam.
mulut kakek tua itu mulai lelah. sebenarnya tidak lelah melainkan bosan. prasangka buruk akan kesia-siaan sebuah usaha. tegakkan dulu hati itu lalu tantang makian-makian setan dengan genggaman yang geram.
menjadi manusia bukanlah pekerjaan yang mudah. melakoni seribu gejolak dan permainan pantun bersajak neraka. sebongkah dunia yang tersaji indah nan menawan pesona kutukan berawal dari janji-janji iblis untuk memperdaya. seorang yang mengaku gila sedang bertanya pada dirinya sendiri ;
"apa itu dunia?".
DUNIA ITU NERAKA, DUNIA ITU NERAKA, DUNIA ITU NERAKA !!!!!!!
jawabnya sendiri dengan nada geram yang sangat geram.
bersumpah serapahlah tentang hakekat. hakekat sudah sekarat dan semakin berkarat di dalam hati yang melarat. tak ada lagi kata sepakat tentang adanya hakekat. itu semua telah teracuni kebodohan yang telah berproses sangat lama. bocah kecil menaruh dendam kepada masa depanya. sebuah pertanyaan singkat yang belum ia mengerti ;
"aku belum mengerti wujud masa depan, apakah masa depan itu seperti kehidupan ayahku??".
masa depan cuma sebatas riddle yang mbrundal mbrundel. sejauh rumor berselera humor bermental kolor. semakin ditarik semakin kendor. hingga sekarang tak pernah ada definisi yang sempurna tentang masa depan. mari berbondong-bondong mendongkrak realitas, memvisum fakta lantas bertanya kenapa??.
Comments