Skip to main content

Posts

Showing posts from 2010

Sudarman mogok makan

Agung Dwiyono Seketika dalam uraian malam yang hitam. Barangkali lamunan sudarman belum sanggup mengungkapkan apa yang ia rasakan. Sedih, jengkel, bingung akan menjadi seperti apa setelah kejadian siang tadi. Bahkan secangkir kopi pahit itu pun tak mampu menolong kesedihanya. Masih ia nikmati sebatang rokok yang secara diam-diam ia hisap tanpa sepengetahuan ayahnya. Bumbungan asap mengepul didalam persegi empat kamarnya tanpa ada celah bagi asap-asap itu untuk melarikan diri. Ketika ia sadari ia sudah berwujud sudarman, seorang anak laki-laki berusia belasan tahun yang sedang kebingungan meraba-raba sikap. Guru agamanya disekolah siang tadi berkata ; “janganlah kalian makan dari makanan yang haram atau makanan yang diperoleh dengan cara yang haram”. Salah seorang temannya lantas berceloteh ; “berarti makanan yang diperoleh dari hasil korupsi itu makanan haram donk pak !!!”. entah mengapa, seketika saja semua mata di kelas itu tertuju kepada sudarman dengan sedikit senyum bernada e

aku ingin, kau jangan

aku ingin sekali-sekali ingin tapi bukan ingin ini atau ingin itu aku hanya sedang ingin aku ingin tapi kau jangan jika ingin kita beradu menjadi hal yang tak ingin walaupun sungguh inginku menggebu aku ingin beberapa kata lahir premature dari mulutmu beberapa senyum merekah perlahan dibibirmu aku ingin melihatnya sendiri sendiri saja saat sore tiba karena aku ingin menjadi yang kau inginkan

angkringan pak royo

menjadi manusia yang seutuhnya manusia

1. kita bisa melakukan hal-hal luar biasa dalam keadaan tidak sadar. must be ready of what unexpected such this (harus selalu siap untuk segala sesuatu yang tidak sesuai keingingan...) 2. memang hidup seperti ini kita harus merasa menang dalam kondisi kalah sekalipun. 3. cinta itu indah disaat pertama, tapi yang paling indah adalah ketika cinta lolos dari hempasan gejolak. 4. pada suatu ketika. uang,kekecewaan, bahagia, kemasyhuran,cita2 sudah tak ada artinya. 5. mulailah mengagumi tempat2 yang alami, karena kedamian sejati ada disana. 6. waktu seolah terhenti saat kehidupan terbentur kata "kenapa?". 7. ternyata suasana yang runyampun bisa terasa indah. 8. seperti roda. kita merasa stagnan pada satu titik, padahal kita sedang berputar terlalu kencang.

chapter I

Chapter I : Aku dan ibuku sedang duduk di bawah pohon rambutan depan rumah. Karena kami tidak punya teras untuk sekedar bersantai di siang yang terik. Ibarat tak ada rotan akar pun jadi. Tiba-tiba aku jadi ingin bertanya tentang masa kecilku dulu. Tentang sejarah sedih dan beberapa kenangan membahagiakan yang pernah ku dengar pula dari segelumit obrolan ringan dengan ayahku sebelumnya. Ibuku pun dengan lancar mulai bercerita dengan logat jawanya. Kurang lebih beginilah cerita itu : 1987 di sebuah desa yang lumayan terpencil di pulau jawa saat dimana pertama kali aku membuka mata. Kakakku masih berusia empat tahun kala itu. Di sebuah senja tanpa ada ayah di rumah. Ayah sedang merantau ke Jakarta sejak satu setengah bulan yang lalu. Sepertinya memang sudah saatnya aku di lahirkan. Di dalam rumah berdindingkan anyaman bambu itu hanya ada ibu, kakak dan bibiku. Saat ibu sudah mulai merasakan detik-detik kelahiranku, bibiku mulai panik dan menyuruh kakakku yang masih kecil untuk segera mema

terhenti di sebuah dermaga

rencana ; selalu ada rencana di setiap kejadian. begitu juga otakku yang terjejali seribu rencana untuk selalu lari dan berlari mengejar jiwa-jiwa yang berlalu silih berganti. hari ini tentu tak sebahagia dulu atau bahkan tak sesedih kala itu.bukan, bukan rencana bodoh yang sedang aku pikirkan tetapi hasil dari buah karya tuhan berupa keinginan. untuk selalu ingin dan ingin meladeni naluri yang takkan pernah mati. intuisi yang selalu hinggap pada sebuah jiwa-jiwa kesepian. surga ; tuhan, mungkin aku akan telat merasakan surgamu kelak. tapi tidak untuk sekarang ini. betapa saya merasakan Kau sungguh sedang menyediakannya untukku. surga itu sudah dapat aku rasakan disini. sebelum kemudian aku membayangkan surga yang sesungguhnya. surga yang kau sediakan bagi orang-orang yang setia mengimaniMu sampai akhir dunia. semoga saja adalah aku termasuk didalamnya dengan segala keterbatasanku sebagai manusia. aku mencari ; sesuatu yang tak lazim dan tersembunyi di balik semak belukar, hiruk pik

KAMAR MANDI (kasih tak sampai)

By : Agung Dwiyono sejak aku dilahirkan hingga saat ini. sepertinya sudah tak terhitung berapa kamar mandi yang telah aku singgahi. telah aku pakai dan aku lupakan. ada beberapa yang menjadi kenangan dan ada beberapa yang tak tersimpan di dalam memori. sampai suatu ketika aku jatuh cinta pada sebuah kamar mandi yang kotor. penuh lumut dan tak terawat. dengan sangat sabar aku membersihkannya. saat pertama kali aku temukan, kamar mandi itu masih milik umum. lalu kemudian aku ingin sekali menjadikannya milikku pribadi. bertahun tahun kami menjalani kehidupan berdua. susah sedih hingga tak bisa makan pun kami rasakan berdua. perjalanan hidup yang panjang dengan pesimisme memandang masa depan. hingga suatu ketika kamar mandi itu menjatuhkanku. membuatku terpeleset didalamnya. padahal lumut-lumut itu sudah aku bersihkan. tetap saja aku terjatuh terbentur dinding-dinding kamar mandi itu. sejenak aku hilang ingatan. aku menangisi keadaanku. kamar mandi itu mengkhianatiku. ia mencampakkanku set

POTRET KEHIDUPAN TANPA FOKUS

Aku senang bercengrama dengan malam Jangan paksa aku tertidur di kala petang Aku senang bermanja-manja dengan gelapnya Melihat bulan yang mulai tertutup awan hitam Di musim hujan yang sedih Aku senang menghirup udara dalam gelap Meskipun kelak ia membunuh jasadku Bukan jiwaku Saat-saat seperti itu Aku temukan bunga-bunga malam bermekaran Kupetik satu persatu dan kubuang tangkainya Sesekali sang bunga datang bermuram durja Kuciumi wanginya dengan obrolan Hingga merekahlah senyuman itu Tak hanya bunga Tapi juga pekatku yang ku bawa berlari Merenungkan kembali kisah-kisah biru Harunya masih kusetubuhi hingga saat ini Berdiri tegap didepan cermin Di sinari lampu neon yang menyala terang Pantulannya menyilaukan dosa-dosa tak terlihat Ku ucap kembali Segelumit istighfar tanpa sperma Segenggam harapan tanpa cinta dunia Mengambil beberapa gagasan geram ku genggam Ternyata Aku hanyalah potret ketiadaan Sebuah gambar tanpa foku

Indonesia, semoga aku bangga padamu

saat aku dilahirkan, aku sudah berwujud indonesia entah dari mana datangnya kabar baik itu tiba-tiba aku sudah dihadapakan oleh sebuah rezim yang memaksa ayahku bekerja sebagai buruh pelabuhan dan ibuku mengais batu di sebuah sungai pinggir desa pasang surut i'tikad baik penguasa rezim orde baru 1992, penyebrangan pertama kami atas instruksi pemerintah hijrah untuk mengubah nasib keluargaku kala itu 1996, mendapat sertifikat tanah dengan tanda tangan presiden tak lama rezim itu runtuh meninggalkan kenangan ditandai sebuah tragedi yang takkan terlupakan sepanjang zaman aku pun tersenyum kecil bangga entah kepada siapa kemudian "reformasi" kata mereka aku pikir tak bedanya, hanya istilah saja yang berkumandang ayah dan ibuku tetap menjadi buruh pembasmi hama di sebuah pabrik berlambangkan maya kapitalisme satu per satu penguasa pahlawan bertopeng bermunculan silih berganti seolah tak ada habisnya meraung seperti singa lapar akan kekuasaan tahta tanpa hati, dipuja tanpa nura

TUHAN, aku sedang menangis

Tuhan aku menangis malam ini aku terlalu terbelenggu pemikiran aku selalu melihat ketidakadilan aku merasakan kepenatan aku yang sering lapar dari hari ke hari semua itu membuatku lupa Tuhan aku tak kuasa menahan tangis saat aku sadari aku sedang berada dalam jurang nalar logika yang sering aku paksakan demi mengokohkan anggapanku demi emosi yang aku elu-elukan Tuhan, ak sedang bingung aku menulis beberapa gagasan linglung Tuhan aku ingin meninggalkan kehidupan itu menulis disaat malam-malam arak dimabuk wanita tersendak menulis disaat imanku lemah menulis hal tak ubahnya sampah tapi tak pernah terlihat benar aku terbelenggu nalar Tuhan, maafkan aku aku sedang menangisi diriku untuk mengakui kebesaran Mu untuk sekali lagi mengindahkan Mu sekali lagi nafas ini menyebut nama Mu aku ingin kemudian tersenyum setelah sujudku diatas sajadah cinta Mu

JENY DAN JONO ; cerita cinta hamster ingusan

jono mengenal jeny saat duduk di bangku SD. waktu itu jeny sedang maen petak umpet bersama hamster-hamster kecil yang lain. jono memang tampan, sekali goda saja jeny tak kuasa menahan cinta. dan akhirnya mereka pun berpacaran. jono menyatakan cintanya lewat SMS dari ponsel yang di belikan ibunya seminggu yang lalu. kisah cinta mereka berlanjut sampai kedua hamster ingusan itu duduk di bangku SMP. mereka melakukan ciuman pertamanya di bangku kelas satu. lalu disaat mereka mereka naik kelas dua jono meminta ML tepat di saat pulang dari mengambil rapot kenaikan kelas. ditempat yang sunyi, semak belukar, di bawah pohon kelapa jenny menangisi keperawanannya. tapi itu hanya sesaat, yang kedua dan seterusnya mereka malukannya dengan riang gembira seperti dalam film-film bokep yang mereka tonton di layar ponsel mereka. kelas tiga SMP jono mulai bosan dengan tubuh jeny yang biasa-biasa saja. jono mulai melirik hamster-haster yang lain yang lebih cantik. jeny cemburu buta dan ingin memutuskan hu

JANGAN PAKSA AKU

sayang, jangan paksa aku.. menjadi pembohong karena jarang shalat aku bukan orang suci seperti nabi sayang, jangan paksa aku.. untuk beribadah karenamu aku kan menjadi orang yang sangat merugi sayang, beri aku ruang untuk hidup tanpa kebohongan untuk shalat tanpa takut kehilangan cintamu untuk mengimbangi akhlakmu dengan caraku sayang, aku tau kamu rajin mengaji dan aku rajin mabuk aku tau kamu rajin pergi ke masjid dan aku rajin pergi ke dugem tapi aku masih menyimpan pengharapan sayang, kamu jangan marah jika aku tidak punya alasan untuk tidak shalat aku hanya sedang malas bukankah naik turun itu wajar. sayang, jika kamu marah lagi putuskan saja cintaku menikahlah dengan anak pak kyai atau lelaki dewasa jebolan pesantren. aku memilih menjadi orang beriman tanpa cintamu saja.

KITA (aku, kamu dan kasurku)

By : Agung dwiyono Sebuah malam yang tak terduga Engkau datang berawal dari obrolan maya Ak tak tau maksudku Apa lagi maksudmu Saat itu Nyanyian demi nyanyian bersenandung Beriring tawa yang menggelegar Sesekali terselingi obrolan-obrolan Tentang tempat-tempat yang indah Secangkir kopi hangat dan sebongkah suara sumbang Lalu Mereka meninggalkan kita sendiri Hanya kita berdua disaksikan sebuah kasur Aku menunjukan padamu cerita tentang kasur Mengapa harus kasur? Ini kisah tentang “obrolan kasur dengan pemiliknya” Cinta tertidur diatas kasur usang Kasur yang sangat aku cintai Sulit menemukan cinta diatas kasur Sungguh obrolan yang tidak biasa Lalu Kasur bersahabat dengan kotrasepsi Kontrasepsi yang salah pakai Aku mencoba menjelaskannya Aku mengerti Arti tatapanmu yang terheran-heran Karena kau bukan lagi gadis kecil dengan seuntai benang Dan aku bukan lagi lelaki perjaka dengan banyak pahala Sumpah.. Aku bodoh Karena aku

BERHALA SURGA

By : Agung Dwiyono Membuka wacana, mengais harapan, mencemooh tabir, dinding-dinding buta kesepahaman. Coba kita kuliti otak kita dan apa yang akan kita temukan di dalamnya. Sehingga leluasa pola pikir berlarian tak tentu arah. Semua yang sistematis, semua yang merasa terkendali sesungguhnya hanya sebatas sugesti untuk mematangkan bibir-bibir busuk penuh peluh dusta. Mencapai puncak kenikmatan dosa, prahara pembohong tertawa di atas luka hati seribu manusia. “apa yang seharusnya terjadi pada titik tertinggi kebingungan manusia?”. Dia adalah emosi yang menyihir, mengendalikan, membunuh nada-nada indah perjalanan sang waktu. Bergelut melawan sapaan damai dalam hati. Riuh retak suasana bising memecah lamunan indah angan-angan berhala surga. Menerawang sang dalil akan kebenaran celoteh setan penggoda yang bertugas menggelitik khusyu’ keheningan sembahyang. (sembah menyembah, yang maha yang). Apa yang di sembah dan apa yang maha yang? Terlalukah kita sibuk dengan tata karma, geraka

selingkuh itu setia

Selingkuh itu setia By : Agung Dwiyono Siang ini memang sangat terik. Matahari sepertinya sedang marah oleh tingkah laku manusia. Tapi tak ada satupun keadaan yang biasa menahan laju birtahi dua anak manusia yang sedang dimabuk indahnya surga dunia. disebuah kamar rumah kontrakan berukuran sempit, dosa itu mengalir begitu saja. Seperti air yang tertahan oleh waduk dan kemudian tanggulnya harus dibuka karena harus mengairi sawah yang kering. Keringat mereka bercucuran karena ruangan itu tertutup rapat tanpa fentilasi. Seolah hanya merekalah yang tahu apa yang sedang mereka lakukan. Kini dosa itu sungguh telah terjadi. Sukma menghela nafas kelelahan seiring kenikmatan itu berlalu. Sembari mengenakan celana dalam hitam miliknya sukma mengambil sebatang rokok dan menghidupkanya. Lara masih terbaring lemas tanpa mengenakan apa-apa. “Kanapa tak lekas kau pakai pakaianmu?”. Tanya sukma seiring hembusan pertama asap rokoknya. “Males!” jawab Lara singkat bernada sinis. “Kenapa? Apa k