By : Agung dwiyono
Sebuah malam yang tak terduga
Engkau datang berawal dari obrolan maya
Ak tak tau maksudku
Apa lagi maksudmu
Saat itu
Nyanyian demi nyanyian bersenandung
Beriring tawa yang menggelegar
Sesekali terselingi obrolan-obrolan
Tentang tempat-tempat yang indah
Secangkir kopi hangat dan sebongkah suara sumbang
Lalu
Mereka meninggalkan kita sendiri
Hanya kita berdua disaksikan sebuah kasur
Aku menunjukan padamu cerita tentang kasur
Mengapa harus kasur?
Ini kisah tentang “obrolan kasur dengan pemiliknya”
Cinta tertidur diatas kasur usang
Kasur yang sangat aku cintai
Sulit menemukan cinta diatas kasur
Sungguh obrolan yang tidak biasa
Lalu
Kasur bersahabat dengan kotrasepsi
Kontrasepsi yang salah pakai
Aku mencoba menjelaskannya
Aku mengerti
Arti tatapanmu yang terheran-heran
Karena kau bukan lagi gadis kecil dengan seuntai benang
Dan aku bukan lagi lelaki perjaka dengan banyak pahala
Sumpah..
Aku bodoh
Karena aku telah menggodamu
Lalu
Aku mengajakmu mengenal aturan hidupku
Aku yang muak dengan ketidakadilan
Aku yang muak disakiti dan menyakiti
Aku yang muak dipaksa dan memaksa
Dan aku yang sakit jiwa karena kisah masa lalu
Kau pun membalasnya dengan pikiranmu
Aku masih terkagum
Tiba-tiba..
Tatapanmu menggodaku
Memaksaku berkehendak untuk menyentuhmu
Oooh,,,sial..
Aku salah memaknai tatapanmu
Aku terlihat sangat bodoh dan sangat kerdil
Aku seperti tak mengenal diriku sendiri
Ku campakkan aturan-aturanku sendiri
Bagaimana mungkin…
Baru beberapa menit yang lalu aku utarakan
Dasar aku yang busuk…!!!
Lalu
Alunan nada-nada indah dari WMP ku
Beberapa lagu dari puisinya sapardi yang kau suka
(aku ingin)
Detik jam dinding yang berdetak kencang
Aku ingin kau ingin
Kau terlihat sering menatapku
Aku kembali terlihat sangat bodoh lagi dan lagi
Naluri malam memang tak bisa berbohong
Sesekali aku berkata “kau cantik”
Dan kau hanya tersenyum
“sungguh aku tidak sedang merayumu”
Aku malu padamu malam itu
Aku juga malu pada kasurku
Dalam hatiku berkata “kasurku, jangan engkau bersedih”
Perempuan ini sedang benar
Perempuan ini istimewa dan sangat sempurna
“kasurku, jangan bersedih”
Lalu
Satu jam sebelum kau pulang
Kau terlihat sangat letih
Aku tau kau ingin merebahkan tubuhmu diatas kasurku
Tapi kau belum bersahabat dengan kasurku
Kau masih mencurigai aku dengan kasurku
Sepuluh menit menjelang kau pulang
Kau berkemas
Aku menarik tanganmu dan mendekatkanya padaku
Sesekali ku sentuh hidungmu yang indah
Kemudian kau berdiri untuk beranjak pergi
Aku masih duduk dengan keputusasaan
Aku memberi isyarat dan kaupun mengerti
Mendekatiku lalu berkata :
“kau diam saja, akan kulakukan, seperti ini…”
Aku dan kasurku takkan pernah melupakan itu
Ternyata bercinta tak harus mengeluarkan sperma
Seperi ini lebih indah
Aku seperti ayah yang sedang digurui anaknya
Comments